Khotbah Malam Akhir Tahun 31 Desember 2016 Pembacaan Alkitab : Mazmur 106 : 1 – 12 Tema : Kasih Setia Tuhan di sepanjang kehidupan Syaloom, Ibarat mengadakan suatu perjalanan maka hari ini kita telah tiba pada akhir dari satu perjalanan di tahun 2016. Selama tiga ratus enam puluh lima hari telah kita lalui dengan berbagai macam warna kehidupan, ada yang manis, yang menggembirakan, ada keberhasilan dan kesuksesan, tetapi ada juga yang pahit, yang tidak menyenangkan karena kegagalan kehidupan. Kendati demikian, di penghujung tahun ini semua hal telah terlewati bukan karena kemampuan kita semata-mata tetapi justru oleh Kasih setia Tuhan (Ibr = checed, kheh'-sed) yang telah menopang dan menyertai kita di sepanjang perjalanan hidup ini. Momen akhir tahun ini, mari kita jadikan suatu kesempatan untuk mengevaluasi diri dengan melihat ke belakang (retrospeksi) hari-hari yang telah kita lalui. Bagaikan berada di necara timbang kehidupan, kita boleh mengukur dan menilai; manakah timbangan terberat: apakah kebaikan atau keburukkan, apakah kebenaran atau kesalahan, apakah keberhasilan atau kegagalan. Kitalah yang paling tahu mencermati dan menilai beratnya timbangan hidup kita dari apa yang telah kita lalui. Melalui Timbangan kehidupan ini maka momen akhir tahun ini kita jadikan juga sebagai momen yang strategis untuk membangun tekad atau komitmen menata kehidupan di tahun yang baru, tahun 2017. jika demikian kita menjadi orang yang lebih bijak dalam menyikapi dan mensiasati perjalanan hidup di tahun yang baru, karena setiap kita pasti punya kerinduan dan harapan untuk tidak mau lagi mengulang kesalahan dan kegagalan di tahun yang akan kita tinggalkan ini. Cara pandang hidup seperti ini adalah “starting point”; langkah awal yang paling tepat. Belajar dari masa lalu untuk membangun masa kini dan menyongsong masa depan yang lebih baik. Kita memang tak dapat mengubah masa lalu, tetapi kita dapat membangun masa kini lebih baik dari dari masa lalu untuk menyambut masa depan yang penuh harapan. Tentunya bukan semata-mata karena kepandaian dan kekuatan kita tetapi hanya oleh kasih setia Tuhan, sekali lagi hanya karena Tuhan bukan karena kita. Contoh yang terbaik mengevaluasi hidup adalah dengan belajar dari sejarah hidup umat perjanjian lama. ”Abraham Lincoln berkata, one cannot escape history, orang tidak dapat meninggalkan sejarah. Hal yang sama disampaikan oleh Presiden RI Pertama, Soekarno: “Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah.” Setiap orang adalah produk masyarakat dan masyarakat adalah produk masa lampau, ialah produk sejarah. Dengan mempelajari sejarah kita akan mampu menghindari berbagai kesalahan dan kekurangan masyarakat masa lampau untuk kemudian memperbaiki masa depan. Bangsa Israel gagal untuk belajar dari masa lalu, gagal belajar dari sejarah. Berulang kali mereka mengalami kasih setia Tuhan dan pemeliharaan Tuhan yang tak berkesudahan. Sayangnya umat tak meresponi kasih setia Tuhan dengan hidup sesuai kehendakNya. Mereka tidak mengerti perbuatan-perbuatan ajaib Tuhan dan tidak ingat besarnya Kasih setiaNya. Itulah sebabnya berulang kali mereka memberontak dari hadapan Tuhan. Mazmur 106 ini diawali dengan ajakan pemazmur untuk bersyukur kepada Tuhan sebab Ia baik. Kebaikan Tuhan berlaku selama-lamanya. Pernyataan ini mengandung maksud bahwa kasih setia Tuhan tidak dibatasi oleh waktu dan berlaku dalam segala situasi. Hal ini juga berarti bahwa kebaikan Tuhan tidak bergantung pada manusia, melainkan keberpihakkan Allah bagi umatNya. Kendati umat berulang kali menikmati kebaikan Tuhan dan berkali-kali gagal untuk meresponi kebaikanNya, kasih setia Tuhan tidak pernah berubah. Untuk itulah pemazmur berdoa agar Tuhan mengingat dan memperhatikannya. Alasannya bukan karena kebaikannya melainkan karena semuanya bergantung pada Tuhan; demi kemurahan terhadap umatMu dan keselamatan dari padaMu. Pemahaman yang membingkai doa pemazmur terpola pada pemahaman yang inklusif yang melihat kebaikan Tuhan pada orang pilihanNya, bersukacita dan bermegah bersama umat milik Tuhan, yaitu umat ciptaanNya. Meneladani pemazmur maka di akhir tahun ini kita diajak untuk mengutamakan kebersamaan, menikmati sukacita, berkat dan melangkah bersama di tahun yang baru, tahun 2017. Kerinduan ini berbeda dari kerinduan kita; kita ingin berkat Tuhan hanya untuk kita, keluarga, kelompok, perusahaan, jemaat dan bukan untuk mereka yang ada di luar kita. Hal ini yang paling berbahaya bahwa ISIS tidak hanya ISIS (Islamic state Iraq and Syam) atau Isis yang adalah dewi keibuan, sihir dan kesuburan Mesir kuno, melainkan ISIS (=Ingin Semua, Ingin Senang) untuk diri kita. Keinginan hati seperti ini awal dari suatu tindakan yang merugikan dan merusak. Itulah sebabnya maka pemazmur mengakui bahwa kami dan nenek moyang kami telah berbuat dosa, bersalah, dan berbuat fasik. Perbuatan Tuhan berbanding terbalik dengan umatNya, Ia menyelamatkan dari tangan pembenci dan musuh, sehingga mereka dapat melintasi samudera raya. Pengalaman dahsyat ini membuat mereka percaya pada FirmanNya dan menyanyikan pujian kepadaNya. Memasuki tahun baru, kita terajak untuk tidak pernah melupakan kebaikan Tuhan. Kita memang mudah lupa terhadap sesuatu, bisa saja karena gangguan ingatan yang berkaitan dengan usia atau factor lainnya. Namun janganlah menjadi orang pelupa atau pura-pura lupa, yang sengaja tidak mau mengingat kasih setia Tuhan. Pengalaman hidup yang dahsyat bersama dengan Tuhan harus kita patrikan di hati kita. Cara mengatasi kelupaan adalah menceritakan dan mengajarkan dari ke generasi ke generasi tentang kasih setia Tuhan dapat juga melalui suatu peristiwa monumental (peringatan pada sesuatu yang agung) sebagai wujud ucapan syukur kepadaNya. Kasih setia Tuhan tidak sekedar diceritakan dan dirayakan tapi juga diwujudkan. Orang percaya yang mengalami kasih setia Tuhan harus hidup dalam kasih setia. Dua hal yang berbeda namun menyatu dalam tindakan iman. Kasih tanpa kesetiaan ibarat fatamorgana indah dipandang, namun akan segera hilang. Kesetiaan tanpa adalah kasih hanyalah ketaatan yang hampa, hidup yang dipenuhi dengan kewajiban belaka. Namun jangan kasih setia kita kepada Tuhan dan sesama dipaketkan dengan materi, kalau ada doi baku sayang mar kalo nda ada doi bakalae. Hidup boleh berubah, tahun boleh berganti tapi kasih setia Tuhan berlaku untuk selama-lamanya. Itulah yang menguatkan dan menopang kita menjalani tahun baru ini, Tuhan telah menjamin terpeliharanya kebahagiaan dan kesejahteraan kehidupan umatNya. Amin. Pdt. Treesje J Tombokan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengucapan Syukur